Laman

Minggu, 15 Desember 2013


ASUHAN KEPERAWATAN TETROLOGI FOLLET


Tetralogi Fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana Tetralogi Fallot menempati urutan ke-4 penyakit jantung bawaan pada anak setelah Defek Santrum Ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriousus persisten, atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sinotik, tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Pada salah satu rumah sakit di Jawa Timur tepatnya di RSU dr. Soetomo sebagian besar pasien tetralogi fallot di dapat di atas lima tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagian perawat di tuntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tetralogi Fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya pennyakit adalah stenosis pulmonal  dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulomonal bersifat progresif, makin lama makin berat.
Pada sebagian besar kasus, penyebab peyakkit jantung bawaan tidak diketahui secra pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen. Factor-faktor tersebut antara lain:
Faktor Endogen diantaranya :
·         Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
·         Anak yang lahir sebelumya menderita penyakit jantung bawaan
·         Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.

Factor Eksogen diantaranya :
·         Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan sesuai resep dokter (THALIDMIDE, DEXTRAOAMPHETAMINE, AMINOPTERIN, AMETHOPTERIN, jamu)
·         Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
·         Pajanan terhadap sinar-x

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifactor. Apapun sebanya, pajanan terhadap factor penyabab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pda minggu ke-8 kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
Pemeriksaan diagnostic diantaranya :
a.      Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan Hemoglobin (HN) dan hematokrit  (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai BGA menunjukan peningkatan tekana partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekana n partial oksigen (PO2) dan penuruna PH. Pasien dengan HN dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
b.      Radiologis
Sinar-X pada thorax menunjukan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung. Gambaran has jantung tanpak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c.       Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
d.      Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.

e.      Kateterasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui efek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

Komplikasi :
1.      Trombosis pulmonal
2.      CVA thrombosis
3.      Abses otak
4.      Pendarahan
5.      Anemia relative

Proses keperawatan diantaranya :
a.      Pengkajian Keperawatan
1.      Riwayat kehamilan : dinyatakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (factor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
2.      Riwayat tumbuh.

Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi pennyakit.
1.      Riwayat psikososial/perkembangan
a.      Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b.      Mekanisme coping anak/keluarga
c.       Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
2.      Pemeriksaan fisik
a.      Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh.
b.      Clubbing finger tambaok setelah usia 6 bulan.
c.       Serang sianotik mendadak (blue spell/cyanotic spell/paroxysmal hiperpnea, hypoxic spell) ditandai dengan dyspnea, nafas cepat dan dalam, lemas kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
d.      Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam bebrapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
e.      Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
f.        Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dank eras.
g.      Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
h.      Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.

3.      Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
a.      Pemahaman tentang diagnosis
b.      Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
c.       Regimen pengobatan
d.      Rancana pengobatan ke depan
e.      Kesiapan dan kemauan untuk belajar
Tata Laksana pasien Tetralogi Fallot
Pada penserita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1.      Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2.      Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipnea.
3.      Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
4.      Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenga. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian.
5.      Propanol I 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan rlahan dalam 5-10menit berikutnya.
6.      Ketamin 1- mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemin dan juga sedatife.
7.      Penambahan volume cairan tubuh dengan infuse cairan dapat efektif dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bartambah dan aliran darah sistemik mebawa oksigen ke sluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan tindakan selanjutnya dengan member
1.      Propanel oral 2-4 mg.kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik.
2.      Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3.      Hindari dehidrasi

b.      Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnose keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnose keperawatan, membuat kriteia hasil, dan intervensi keperawatan.
1.      Gangguan pertukaran gas, penurunan aliran darah ke pulmonal.
2.      Penurunan kardiak output, sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malfirmasi jantung.
3.      Gangguan perfusi jaringan, penurunan sirkulasi (anoxia kronis, serangan sianotik akut).
4.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatig selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan.
5.      Gangguna partumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
6.      Intoleransi aktifitas, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
7.      Coping keluarga tidak efektif, kurang perngetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak.
8.      Risti gangguan perfusi jaringan serebal, peningktan tekana intaktinial sekunder abses otak, CVA thrombosis.

Contoh rencana keperawatan :
1.      Penurunan cardiac output, sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung.
2.      Tujuan : anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat
3.      Criteria hasil :
Tanda-tanda vital normal sesuai umut
Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam sianosis, gelisah/letargi, takikardi, mur-mur.
4.      Pasien komposmentis :
·         Akral hangat
·         Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
·         Capillary refill time < 3 detik
·         Urin output 1-2 ml/kgBB/jam

Intervensi dalam keperawatan :
1.      Monitor tanda vital, pulsasi perifer, kapilari refill dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan.
2.      Kaji dan catat denyut apical selama 1 menit penuh.
3.      Observasi adanya serangan sianotik.
4.      Berikan posisi knee-chest pada anak.
5.      Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori: letargi, bingung dan disorientasi.
6.      Monitor intake dan output secara adekuat.
7.      Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan damping anak pada saat melakukan aktifitas.
8.      Sajikan makanan yang mudah dicerna dan kurangi konsumsi kafein.
9.      Kolaborasi dalam : pemeriksaan serial ECG, foto, thorax, pemberian obat-obatan anti distrimia.
10.  Kolaborasi pemberian oksigen
11.  Kolaborasi pemberina cairan tubuh oleh infuse.

Intoleransi aktifitas, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak ada angina.

Kriteria hasil :
·         Tanda vital normal sesuai umur
·         Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
·         Anak mecapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur.
·         Fatiq dan kelemahan berkurang
·         Anak dapat tidur dengan lelap.

Intervensi :
1.      Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selam dan sesudah melakukan aktivitas.
2.      Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3.      Anjurakan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4.      Jelaskan pada pasien tentang tahap-tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh oasien.
5.      Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melabihi batas.
6.      Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung ke arah kemandirian anak sesuai dengan indikasi.
7.      Jadwalkan aktifitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemapuan anak.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan.
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
·         Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur.
·         Peningkatan toleransi makan.
·         Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
·         Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi Albumin, Hb.
·         Mual, muntah tidak ada
·         Anemia tidak ada.
Interverensi :
1.      Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2.      Catat intake dan output secara akuarat.
3.      Berikan makan sedikit tetapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selam makan (menggunakan terapi bermain).
4.      Berikan perawatan mulut untuk meningkatkan nafsu makan anak.
5.      Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan.
6.      Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di saat makan dan sendawakan.
7.      Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernapasan yang dapat disebabkan karena tersedak.
8.      Berikan formula yang mengandung kalri tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan.
9.      Batasi pemberian sodium jika memungkinkan.
10.  Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemerikasaan laboratorium.
Tepatnya penangan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan sianotik : Tetralogi Fallot sangat menetukan untuk kelangsungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yand diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan dengan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan diagnose yang tepat bagi anak yang mengalami Tetralogi Fallot sehingga angka kasiktan dan kematian dapat ditekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar